Etika dan tanggung jawab sosial dalam praktik ekonomi di Indonesia merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Etika mencakup nilai-nilai moral yang harus diterapkan dalam setiap keputusan ekonomi yang diambil, sedangkan tanggung jawab sosial mengacu pada kepedulian terhadap dampak yang ditimbulkan oleh kegiatan ekonomi terhadap masyarakat dan lingkungan sekitar.
Menurut Dr. Rhenald Kasali, seorang pakar manajemen dari Indonesia, etika dalam praktik ekonomi sangat penting untuk menciptakan keberlanjutan dalam jangka panjang. “Tanpa etika yang kuat, praktik ekonomi akan cenderung merugikan banyak pihak dan tidak berkelanjutan,” ujarnya.
Sementara itu, tanggung jawab sosial juga tidak boleh diabaikan. Menurut data yang dirilis oleh Biro Pusat Statistik (BPS), tingkat kemiskinan di Indonesia masih cukup tinggi, sehingga perusahaan-perusahaan diharapkan dapat berkontribusi dalam mengurangi kesenjangan sosial melalui program tanggung jawab sosial perusahaan (CSR).
Dalam sebuah wawancara dengan Kompas.com, Prof. Rhenald Kasali juga menekankan pentingnya perusahaan untuk memiliki etika dan tanggung jawab sosial yang tinggi. “Perusahaan yang beretika dan bertanggung jawab sosial akan mendapatkan kepercayaan dari masyarakat dan mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan,” katanya.
Namun, masih banyak perusahaan di Indonesia yang belum memperhatikan hal ini. Survei yang dilakukan oleh Lembaga Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi (LPPSE) menunjukkan bahwa hanya 30% perusahaan di Indonesia yang memiliki program CSR yang terintegrasi dengan baik dalam praktik ekonomi mereka.
Untuk itu, diperlukan kesadaran dan komitmen dari semua pihak, baik pemerintah, perusahaan, maupun masyarakat untuk menerapkan etika dan tanggung jawab sosial dalam praktik ekonomi di Indonesia. Sebagaimana diungkapkan oleh Prof. Rhenald Kasali, “Kita semua memiliki tanggung jawab untuk menciptakan sebuah ekonomi yang berkelanjutan dan inklusif bagi semua pihak.”